LIPUTAN 1 | World Gayonese Community (WGC) menggelar temu ramah. “InsyaAllah akan diadakan hari ini secara daring melalui platform Zoom Meeting. Mulai pukul 15:00-16:30 WIB atau jam 9-10:30 waktu Inggris. Diikuti perantau Gayo yang ada di luar negeri. Kemarin, sudah diberitahukan juga di group WA World Gayonese Community,” kata Yusradi Usman al-Gayoni melalui WA dari London, Inggris, Minggu (21/4/2024)
Diungkapkan Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo itu, World Gayonese Community (WGC) diinisiasi pada tanggal 20 Maret 2024 lalu. “Diinisiasi sebulan yang lalu. Empat bulan sebelumnya, banyak yang bertanya, apakah ada orang Gayo di Inggris dan Eropa secara umum. Bagaimana sekolah anak-anak, peluang beasiswa S-1 sampai S-3, peluang kerja, informasi magang ke Ingggris, termasuk peluang perluasan pasar kopi Gayo ke Eropa,” kata Yusradi Usman al-Gayoni yang sudah lima bulan di Inggris, sejak 16 November 2023, dalam rangka studi.
Oleh sebab itu, sambung inisiator/pengelola Perpustakaan Gayo tersebut, World Gayonese Community pun diinisiasi. “Paling tidak, antarperantau Gayo dari Indonesia yang ada di luar negeri, bisa saling kenal, bisa saling komunikasi, dan bisa silaturahmi di negara masing-masing. Juga, diharapkan minimal bisa membantu informasi buat orang Gayo terutama, yang mau ke luar negeri, khususnya ke negara di mana ada orang Gayo di sana. Selama lima bulan ini, sudah disosialisasikan juga masalah ini melalui 12 kali kegiatan yang saya narasumberi, baik yang diadakan orang Gayo maupun nongayo di Indonesia,” tutur Yusradi.
Dijelaskannya lagi, sebulan World Gayonese Community terbentuk, sudah ada 25 negara perantau Gayo teridentifikasi dan masuk ke group WA tadi, di antaranya dari Inggris, Arab Saudi, Turki, Mesir, Qatar, Yaman, Prancis, Denmark, Yordania, Korea Selatan, Jerman, Rusia, Malaysia, Hongaria, Amerika Serikat, Kuwait, Belanda, Australia, Tiongkok, Sudan, Canada, Uni Emirat Arab, Jepang, Selandia Baru, dan Slovenia.
“Di Inggris sendiri, sampai akhir Desmeber 2023 kemarin, kurang lebih ada 15-16 diaspora Gayo. Mulai dari anak-anak yang sekolah primary, secondary; kuliah, kerja, dan bahkan darii informasi yang didapat, ada yang sudah menetap (permanent resident) di Inggris,” tegas Anggota Tim Pengembangan Kawasan Gayo-Alas (Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Bener Meriah) Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI (2018-2024) tersebut.